- Beranda >>
- Profil Desa
Profil Desa
SEJARAH RANGKASBITUNG (PERSPEKTIF)
Disini saya akan menuliskan sekelumit sejarah Rangkasbitung serta peninggalan-peninggalan kolonial Belanda di sekitar Rangkasbitung, dimana saya sebagai penulis, langsung terjun ke lapangan guna meneliti serta menyambangi tempat-tempat yang bersejarah. Arti dari sejarah secara universal adalah kejadian-kejadian yang terjadi di masa lalu yang memiliki nilai positif dan negatif. Bagi saya (Ginandar), arti sejarah adalah guru kehidupan yang secara tidak langsung mengajari melalui peristiwa-perstiwa yang di torehkan sehingga membuat sistem kerja otak berfikir lebih kritis dan komperehensif. Peristiwa-peristiwa sejarah sangat mempunyai pengaruh besar dan menentukan, juga sering menjadi fokus perhatian masyarakat, khususnya dari para pelaku dan pemerhati sejarah, baik yang menyangkut dimensi obyektifitas maupun dimensi subyektifitasnya. Untuk menggali seputar bangunan kenangan kolektif masyarakat yang terkubur dalam puing-puing modernitas dan mengingat kembali sejarah kiprah anak manusia dari tiap-tiap fragmen kehidupan masyarakat serta merasakan derai tawa bahagia dan isak tangis lirih derita yang saat itu mengisi setiap lembaran kisah mekanisme kehidupan warga Rangkasbitung, diperlukkan kegiatan secara nyata yang memprioritaskan tentang sejarah. Oleh sebab itu, mahasiswa program studi sejarah STKIP Rangkasbitung menyelenggarakan kegiatan “Pendestrian menapaki kembali rekam jejak Indies” . Hari itu, 16 Juni 2014 pukul 08:00 langit Rangkasbitung dihiasi awan putih bersemu kelabu, dimana para mahasiswa-mahasiswi STKIP berkumpul di halaman depan kampus sambil menunggu kawan-kawannya yang belum tiba. Jauh-jauh hari dosen telah menginstruksikan kepada para mahasiswa dan mahasiswi agar berkumpul tepat pada waktunya tapi kenyataannya jauh berbeda dengan apa yang diharapkan, karena tidak semua tiba dikampus tepat pada waktunya, termasuk saya. Dimulai dari sejarah Rangkasbitung yang sedikit akan saya paparkan walaupun data-data yang saya dapatkan kurang representatif untuk memaparkan bait-bait sejarah yang pernah di torehkan tapi inilah adanya. Rangkasbitung adalah salah satu kecamatan sekaligus menjadi Ibukota Kabupaten Lebak Propinsi Banten dengan jumlah penduduk sekitar 1.16921 jiwa (2010) yang memiliki 11 desa dan 5 kelurahan, diantaranya :
Desa Cimangeunteung
Desa Citeras
Desa Mekarsari
Desa Kolelet wetan
Desa Nameng
Desa Pabuaran
Desa Pasir tanjung
Desa Sukamanah
Desa Jatimulya
Desa Cijoro pasir
Desa Cijoro lebak
Kelurahan Muara ciujung timur
Kelurahan Muara ciujung barat
Kelurahan Rangkasbitung timur
Kelurahan Rangkasbitung barat
Kelurahan Rangkasbitung girang
Luas wilayah Kecamatan ini sekitar 6.795,61 Ha dengan kepadatan sekitar 2.362/Km2. Tata letak kota Rangkasbitung ini menganut pada sistem kerajaan, dimana alun-alun, mesjid dan pendopo menjadi pusat kota. Disebelah utara kecamatan Rangkasbitung berbatasan dengan Kabupaten Serang, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cimarga, dan disebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Maja. Terdapat dua sungai yang melintasi kawasan Rangkasbitung, salah satunya adalah sungai terbesar di Propinsi Banten, yakni sungai Ciujung dan satunya lagi sungai Ciberang yang berhulu di Kabupaten Bogor. Bukan menjadi hal yang aneh jika mendengar berita kota Rangkasbitung tergenangi oleh luapan air sungai Ciujung, karena memang daerahnya dilalui oleh sungai-sungai yang intensitasnya akan semakin meluap tatkala curah hujan deras yang tak henti-hentinya mengguyur kawasan bumi Multatuli ini. Biasanya banjir akan datang saat musim penghujan tiba, kira-kira dari bulan Oktober sampai dengan bulan Februari, tapi untuk saat ini banjir tidak bisa diprediksi karena alam yang semakin murka dan cuaca yang semakin tak menentu. Menurut warga sekitar bantaran sungai Ciujung, banjir yang paling parah sampai merenggut korban jiwa adalah pada tahun 1989, 1997, dan 2000. Sungai ciujung yang sekarang sering kita lihat dengan ukurannya yang begitu lebar ternyata dahulu kala sungai ini hanya selebar got atau selokan-selokan yang lebarnya kira-kira hanya 2 meter. Seiring berjalannya waktu dan jaman yang silih berganti, sungai Ciujung ini pun kerap kali di keruk pasirnya dan dieksploitasi besar-besaran untuk kepentingan pribadi oleh penggali-penggali pasir sungai yang tidak bertanggung jawab. Akhirnya ya, seperti ini dampaknya, kalian bisa lihat sendiri bagaimana buasnya sungai Ciujung ketika banjir tiba. Terlepas dari persoalan tentang banjir, ternyata di aliran sungai Ciujung ini, pada dahulu kala sekitar tahun 1970-an Sungai Ciujung dan sungai Ciberang menjadi lokasi pasar awi atau pasar bambu. Jadi, saat itu banyak sekali warga diluar Rangkasbitung yang menjual bambu melalui sungai dengan hanya bermodalkan rakit. Setelah sampai di jembatan dua Rangkasbitung, para pedagang bambu dan pembeli bambu mulai saling bertransaksi jual beli. Biasanya bambu ini di jual ke luar kota Rangkasbitung menggunakan mobil truk dengan cara mengangkat atau mengambil bambu dari sungai ke daratan lalu bergegas pergi untuk mengirimnya ke Tangerang, Serang, Jakarta sampai dengan Karawang. Sungguh pemandangan yang menggugah hati menurut saya jika pasar awi itu masih berfungsi dan masih ada sampai saat ini, tak terbayang betapa antusiasnya para pengguna jalan dan warga sekitar yang melihat pemandangan tradisional ini. Mungkin banyak yang bertanya-tanya dari mana asal usul nama Rangkasbitung. Menurut sejarah yang ada, nama Rangkasbitung diambil dari kata Rangsak yang berarti rusak. Rangsak disini diambil dari bahasa sunda. Lalu kata bitung diambil dari salah satu jenis bambu. Jadi, Rangkasbitung secara singkatnya adalah Bambu Rusak. Menurut pendahulu-pendahulu atau kokolot yang ada di Kecamatan ini, Rangkasbitung dahulunya adalah hutan semak belukar yang ditengah-tengah hutan tersebut terdapat ladang awi bitung yang tumbuh hampir menyelimuti pandangan. Jadi, sah-sah saja dan wajar-wajar saja jika kota ini diberinama Rangkasbitung. Selain terkenal dengan sungai Ciujungnya, Rangkasbitung pun memiliki bangunan-bangunan monumen bersejarah era kolonial Belanda yang masih berdiri kokoh di setiap sudut kota Rangkasbitung, diantaranya :
Stasiun Kereta Api Rangkasbitung
Vihara Ananda Avalokitesvara
Gereja Bethel
Gereja Kristen Pasundan
Bekas rumah pegawai PJKA
Rumah sakit misi
Gereja Kristen Katolik
SMPN 1 Rangkasbitung
Gedung Djuang Pamitran
Lembaga permasyarakatan (Rutan)
Bekas Rumah Asisten Residen Kabupaten Lebak Eduard Douwes Dekker (Multatuli/Max Havelaar)
Gedung DPRD Kabupaten Lebak
Pendopo di halaman Pemda Kabupaten Lebak
Bekas kediaman Regent sepoeh Raden Tumenggung Adipati Kartanegara yang sekarang menjadi Gedung Dinas Bupati Kabupaten Lebak.
Pendopo di halaman BKD (Badan Kepegawaian Daerah)
Bekas Gedung Pengadilan di Alun-alun Kabupaten Lebak
SD Kejaksaan Rangkasbitung
Rumah Wakapolres Kabupaten Lebak
Menara Air di komplek pemakaman para pahlawan Rangkasbitung
Bekas rumah Mr.Soetadisastra kerabat dari R.T Hardiwinangun Bupati Lebak Ke-8
Rumah Kapolres Kabupaten Lebak
Polsek Kota Rangkasbitung
Bekas Pabrik minyak Van Mixoil PT. Semarang
Bekas kediaman Residen Van Mixoil
Gedung Kodim 0603
Itulah daftar bangunan-bangunan peninggalan Era kolonial Belanda yang ada di Rangkasbitung. Sebenarnya masih banyak peninggalan-peninggalan yang memiliki daya tarik wisatawan asing dan sekaligus bisa menjadi azas manfaat bagi Kabupaten lebak pada khusunya. Namun, seiring bergantinya jaman, banyak sekali bangunan yang beralih fungsi, salah satunya RS.Adjidarmo yang dahulunya sebagai halaman rumah Eduard Douwes Dekker sekaligus kediaman mantan asisten Residen yang meninggal akibat di racun oleh para demang yakni, Mr.Solitering. Berbicara tentang bangunan monumen bersejerah peninggalan kolonial Belanda, disini yang pertama kali saya akan tulis mengenai bekas-bekas peninggalan Pada Masa Belanda adalah Kereta Api, dimana pada Masa itu Pemerintah Kolonial membangun jalur rel kereta api sebagai sarana transportasi dan mempermudah jalinan perhubungan. Pekerjaan pembuatan rel kereta api pertama pada Zaman Kolonial di Indonesia dimulai pada tahun 1863 dan 1864 berupa sebuah jalur kereta api dari Batavia ke Bogor. Pada Tahun 1873 Pemerintahan Hindia Belanda membangun jalur kereta api dari Semarang ke Solo dan Yogyakarta dan menghubungkan ke Surabaya, pasuruan, dan Malang pada tahun 1879. Dan pada Tahun 1896-1900 dibangun jalur rel kereta api dari Tanah Abang sampai ke Anyer Kidul dengan melewati Rangkasbitung, Serang, sampai dengan Cilegon.
Stasiun Kereta Api di Rangkasbitung pertama kali dibuka pengoperasiannya pada tanggal 1 Juli 1900. Di Stasiun ini juga terdapat Dipo Lokomotif yang menyimpan gerbong Kereta Api Langsam, Rangkas Jaya, serta Banten Ekspres dan lokomotif jenis BB304 dan CC201 yang didatangkan dari Dipo lokomotif Jatinegara dan Dipo lokomotif Tanah Abang. Dulu terdapat Jalur kereta api menuju Labuan melewati Pandeglang. Jalur ini juga mempunyai cabang di Saketi menuju Bayah. Pada masa jayanya, stasiun ini merupakan urat nadi perekonomian masyarakat Banten, Rangkasbitung yang ketika itu merupakan kota Industri pertanian sangat bergantung pada kelancaran arus perputaran transportasi untuk membawa hasil perkebunan dan pertanian ke Betawi, dan itu bisa diatasi dengan keberadaan stasiun di Rangkasbitung. Sisa-sisa kegiatan pergerakan ekonomi itu sampai kini masih dapat kita jumpai, seperti banyaknya sayur mayur yang diangkut KA, termasuk hewan ternak untuk dijual di Jakarta.
Pada Masa Jepang, dibangun jalur KA Saketi-Bayah sekitar tahun 1942 sampai dengan 1945, yang dikenal dengan kerja paksa Rhomusa, karena Jepang saat itu sangat membutuhkan batubara sebagai sumber energi, dan ujung perjalanan KA Saketi-Bayah itu adalah Stasiun Rangkasbitung, sebelum akhirnya sampai di Jakarta, sayang jalur yang sangat bersejarah itu kini sudah tidak berfungsi lagi.
Daftar Kepala Desa Mekarsari
Periode 1900 - Sekarang
No | Tahun Menjabat | Nama Kepala Desa |
---|---|---|
1 | 2022-2029 | IWAN SOPIANA, S.Sos |
2 | 2015-2021 | Iwan Sopiana |
VISI
Sesuai dengan kaidah perundang-undangan bahwa Desa harus selaras dengan RPJM Desa, maka Desa Mekarsari memperhatikan Visi dan Misi Desa Mekarsari yang tertuang dalam RPJM Desa Mekarsari Tahun 2015 sebagai dasar dalam pelaksanaan pembangunan Desa Mekarsari yaitu :
“Menjadikan Desa Mekarsari Yang Lebih Baik Maju,Mandiri,Dan Sejahtera Dalam Meningkatkan Pembangunan Infrastuktur Yang Ditunjang Dengan Kemampuam Perangkat Desa Yang Handal, Sarana Kesehatan, Pendidikan, Peternakan Dan Pertanian”
MISI
- Mengoptimalkan kinerja Perangkat Desa secara maksimal sesuai tugas pokok dan Fungsi perangkat Desa demi terciptanya pelayanan yang baik bagi masyarakat.
- Melaksanakan koordinasi antar mitra kerja
- Meningkatkan sumber daya manusia dan memamfaatkan sumber daya alam untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
- Meningkatkan kapasitas kelembagaan yang ada di Desa Mekarsari.
- Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
- Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Mekarsari dengan melibatkan secara langsung masyarakat Desa Mekarsari dalam berbagai bentuk kegiatan.
- Melaksanakan kegiatan pembangunan yang jujur, baik dan transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Batas Wilayah
WILAYAH DESA
GAMBARAN UMUM DESA
1.2.1 KONDISI GEOGRAFIS
Wilayah Desa Mekarsari Kecamatan Rangkasbitung Kab. Lebak, berlokasi disebelah timur Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak Dengan Luas Wilayah 503.26 Ha, terdiri dari : Daratan. 278.26 Ha dan Pesawahan . 225 Ha, adapun pembagian wilayah Di Desa Mekarsari terdiri dari 6 Rw dan 23 Rt dimana Desa Mekarsari kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak
Kantor Desa Mekarsari menempati Gedung / Kantor Desa Milik Sendiri yang ber alamat di Jl. Prof. Dr. Ir Soetami Km. 10 Kp. Sena Rt. 002/005 DesaMekarsari Kecamatan Rangkasbitung Kab.Lebak. Email.Desamekarsari83@gmal.com web: https://mekarsari-rangkasbitung.desa.id
Dilihat dari topografi ketinggian wilayah Desa Mekarsari berada pada 500 m ketinggian dari permukaan air laut dengan keadaan curah hujan rata-rata 20 mm/tahun serta suhu rata-rata antara 27-30 C dengan kelembaban udara rata-rata 70 % per tahun.
1.2.2 GAMBARAN UMUM DEMOGRAFIS
Desa Mekarsari merupakan salah satu Desa di Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak Provinsi Banten memiliki luas 503,26 KM2. Secara geografis Desa Mekarsari berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara, berbatasan dengan Desa Cemplang Kec. Jawilan Kab. Serang
Sebelah Timur, berbatasan dengan Desa Gubungan Cibeureum Kec. Maja
Sebelah Selatan, berbatasan dengan Desa Binong Kec. Maja
Sebelah Barat, berbatasan dengan Desa Citeras Kec. Rangkasbitung
Secara Administratif, wilayah Desa Mekarsari terdiri dari pemukiman. (Persawahan, perladangan, perkebunan, peternakan, nelayan,pertambangan/galian, kerajinan dan industry kecil, sedang dan besar, jasa dan perdagangan)